Hipoksia Bagi Pendaki Gunung


Sebagai salah satu hobi yang terbilang ekstrim, mendaki gunung memiliki banyak tantangan. Hobi ini tidak hanya memerlukan nyali yang tinggi namun juga pengetahuan medan, penguasaan terknik pendakian, hingga pemahaman akan tantangan yang menghadang, termasuk hipoksia. Apa dan bagaimana hipoksia itu bagi pendaki gunung? Berikut ulasan singkatnya.

Hipoksia atau yang sering dikenal dengan kekurangan oksigen adalah kondisi gejala kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Sebagaimana tubuh akan selalu beradaptasi dengan lingkungannya, setiap pendaki gunung bisa saja terkena hipoksia akibat kurang atau tidak mampunya tubuh merespon perubahan ketinggian.

Pada dasarnya, semakin tinggi tempat, tekanan udara lingkungan juga akan semakin kecil. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya mekanisme hipoksia. Ketika tekanan udara berkurang, tekanan oksigen juga akan berkurang sehingga akan mengganggu sistem pernafasan para pendaki. Pada kondisi ini, unsur racun karbon monoksida juga akan menumpuk pada paru-paru.

Secara otomatis, dengan masuknya karbon monoksida tersebut ke dalam paru-paru, cadangan udara bersih tentu akan berkurang sehingga tubuh akan menjadi lemas. Kondisi ini sering dialami para pendaki yang diawali dengan rasa lelah yang berlebihan, ketajaman penglihatan yang semakin menurun, mengantuk, sakit kepala, dan mual.

Pada beberapa kondisi, hipoksia bagi pendaki gunung akan sangat terasa ketika terjadi sakit kepala yang sangat dominan. Kadang hipoksia ini membuat daya ingat terhadap lingkungan menurun drastis, dan mempengaruhi repson maupun kontrol atas gerakan motorik. Pada tahap yang lebih ekstrim, hipoksia dapat membuat pendaki gunung kejang, koma, hingga yang paling fatal, kematian.

Secara ringkas, efek hipoksia bagi pendaki gunung dapat dirinci sebagai berikut:
  1. Sulit berkoordinasi, berbicara, dan konsentrasi
  2. Sulit bernafas, mengantuk, lelah berlebihan, serta sianosis
  3. Turun penglihatan, pendengaran, maupun fungsi sensorik lainnya
  4. Keluar keringat dingin
  5. Pingsan hingga meninggal dunia
Sebenarnya, proses terjadinya hipoksia ini bertahap, sehingga pendaki yang merasakan gejala tersebut dapat saja mengindari risiko terbesar gejala ini sesuai kondisi dan daya tahan tubuhnya. Inilah alasan mengapa ketika mendaki gunung, para pendaki tidak cepat-cepat naik atau turun mengingat proses penyesuaian tubuh terhadap lingkungan harus dilakukan secara pelan dan bertahap.

Demikian sedikit gambaran tentang hipoksia bagi pendaki gunung. Semoga bermanfaat dan selamat mendaki gunung dengan aman.

Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar