Beberapa hari terakhir ini, sejumlah
peristiwa pohon tumbang dan baliho roboh terjadi di beberapa wilayah di
Indonesia. Kejadian-kejadian tersebut tentu tidak hanya menimbulkan kerugian
materi, namun juga imateri, khususnya trauma psikologis atau bahkan nyawa. Bumi
sudah tua kah? Sebuah pertanyaan retorik yang mungkin sering kita dengar. Apapun
jawabannya, angin kencang memang sering terjadi di bulan-bulan Januari serta
Februari.
Papan Arah Base Camp Kledung |
Saya teringat ketika waktu itu, awal
Februari 2001, kami bertujuh sedang mengisi liburan sebagai mahasiswa yang baru
saja menjalani masa-masa kosong kuliah dengan berusaha naik ke Puncak Sindoro,
sebuah gunung tidak aktif yang terletak di perbatasan wilayah Temanggung dan
Wonosobo, Jawa Tengah. Dengan ketinggian sekitar 3.153 meter diatas permukaan
laut, Gunung Sindoro menawarkan keindahan alam unik yang belum pernah kami
rasakan sehingga menjadi tujuan utama kami sebagai sekelompok penjelajah alam
yang hanya bermodalkan niat dan tekad bulat kala itu.
Setelah cek bekal dan segala
persiapannya di Base Camp Desa Kledung, kami pun mulai menyusuri perkebunan
kentang menuju Pos 1. Nekad mungkin kata yang tepat bagi kami waktu itu karena biasanya
di Bulan Februari, hujan masih mewarnai dan angin kencang pun sering melanda daerah
pegunungan. Kenekadan itu selanjutnya juga terjawab dengan datangnya angin yang
sedemikian kencang, menerpa kami yang hanya setengah jam sebelum Pos Pertama
Jalur Kledung. Bersama salah satu kawan yang sudah bertahun-tahun menggeluti
hobby mendaki gunung, kami pun memutuskan berhenti, dan tidak melanjutkan
pendakian ke puncak karena angin semakin kencang dan sepertinya mulai berubah
menjadi badai gunung yang siap melahap kami semua waktu itu.
Keputusan itupun selanjutnya
justru menjadi sebuah permasalahan bagi kami karena itu berarti, liburan kami
pun tidak akan terisi. Tiba kembali di Base Camp Kledung, kami berdiskusi
hampir semalam suntuk untuk menjadwal kembali agenda liburan yang terhalang
angin kencang di Bulan Februari. Akhirnya, menuju ke rumah teman di Banjarnegara
menjadi solusi final bagi rencana kami selanjutnya.
Bangun pagi-pagi sekali, kami
berkemas menuju rumah teman di seputaran Waduk Mrica Banjarnegara. Sekitar satu
jam bersama angkutan antar daerah, kami
pun tiba di Banjarnegara. Dengan hangat, teman beserta keluarganya menyambut
kami dan denagn senang hati bersedia memberikan tumpangan menginap. Setelah
beberapa waktu mengobrol, kami memutuskan untuk tidak membebani tuan rumah dan
lebih memilih mendirikan tenda dome dan menginap di pinggir Waduk Mrica sambil
menghabiskan malam minggu di alam terbuka, yang tentunya menjadi rencana awal
kami sebelum bertemu dengan angin kencang di awal Februari.
Kopi susu hangat dan beberapa
makanan kecil yang kami bawa sebagai bekal kala itu menjadi santapan nikmat
yang mampu menambah indahnya suasana malam di seputaran Waduk Mrica
Banjarnegara. Di sebelah kami, lagu-lagu rock ballads dari radio portable
kesayangan salah satu teman semakin membuat suasana menjadi riuh. Tak lama
berselang, kami pun dibuat terperanjat oleh sebuah selingan berita dari radio
tersebut, yang mengabarkan bahwa beberapa pendaki dari universitas kami dilaporkan
hilang di Gunung Slamet dalam sebuah acara training bagi calon MAPALA akibat
badai gunung yang memang sering terjadi di Bulan Februari.
Rasa syukur sekaligus sedih mewarnai
hati kami masing-masing; syukur karena kami telah terhindar dari peristiwa yang
lebih parah di pegunungan Sindoro, dan sedih karena jauh di atas pegunungan
Slamet, di Purwokerto, beberapa rekan kami sesama mahasiswa harus bergelut
dengan badai gunung sekaligus bertahan hidup seleum Tim SAR menemukan mereka.
Sejak saat itu pula, kami senantiasa teringat bahwa awal Bulan Februari adalah
waktu yang harus diwaspadai, bukan hanya ketika di pegunungan, namun dimanapun di
wilayah beriklim tropis seperti di Indonesia ini karena angin kencang dapat
saja terjadi di sekitar kita.
0 komentar:
Posting Komentar