Menikmati Suasana Alun-Alun Wonosari di Malam Hari


Menjadi salah satu warga Gunungkidul menjadi sebuah kebanggaan bagi saya, meski diluar sana masih ada orang yang memandang sebelah mata kabupaten terluas di Provinsi DIY ini. Stigma bahwa Gunungkidul itu kering dan udik nampaknya harus sedikit dikoreksi karena pada kenyataannya, kabupaten Gunungkidul menawarkan sejuta pesona unik yang mungkin tidak dapat ditemui di daerah lain. Seperti halnya ketika malam hari tiba, alun-alun Wonosari sebagai pusat kotanya Gunungkidul memberikan pemandangan indah bagi masyarakat dengan adanya pemandangan baru: sepeda hias.

Inilah yang kami sebut "Sepeda Hias"
Malam itu kami bertiga, saya, istri, dan si kecil tiba di alun-alun Wonosari. Cahaya lampu taman serta deretan pedagang lesehan menambah indahnya suasana malam di pusat kota Wonosari itu. Sejumlah pemain skateboard nampak lalu lalang menjajal kemampuan mereka dalam berjumpalitan di udara; jatuh bukanlah halangan bagi mereka. Di samping anak-anak muda tersebut, berjejer rapi apa yang kami sebut sepeda hias, sebuah alat transportasi ringan model kayuh yang dibuat sedemikian rupa layaknya becak roda empat.

Rengekan si kecil membuat kami segera memesan satu sepeda hias untuk kami sewa, sebatas mengelilingi alun-alun Wonosari yang tidak begitu luas. Sepuluh ribu rupiah harga sewa sekali putar, itupun dberikan setelah selesai satu putaran. Semenit kemudian, diiringi laju lalu lintas yang tidak terlalu ramai, kami mulai mengayuh sepeda unik itu mengitari alun-alun Wonosari sembari menikmati pemandangan malam waktu itu.

Lesehan di depan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata nampak ramai. Pos Polisi di depan pintu masuk alun-alun juga masih nampak dijaga oleh petugas. Tak berapa lama, riuh suara knalpot terdengar mulai bersahutan, menandakan traffic light sudah menyala hijau, saatnya bagi kami untuk melanjutkan perjalanan keliling. Meski jalan agak menanjak, tenaga kami masih kuat mengayuh sepeda hias itu dengan santai.

Deretan Sepeda Hias Siap Disewa
Sampai di sebelah timur alun-alun, kami dihadapkan dengan ramainya deretan lesehan yang menjual berbagai macam makanan: jagung bakar, roti bakar, wedang ronde, pecel lele, dan aneka pernik penyembuh lapar dan dahaga lainnya. Berbagai jenis sepeda motor juga terparkir rapi di sepanjang jalan itu, menambah ramainya suasana malam di seputar alun-alun Wonosari. Beberapa menit berlalu, setengah putaran pun telah kami lalui.

Memasuki kawasan jalan baru menuju Taman Kota Wonosari, pemandangan nampak sedikit berbeda. Temaram lampu taman mampu menghipnotis sekumpulan anak muda yang nampak bergerombol dengan kelompoknya masing-masing. Diantara mereka, satu dua pasangan muda juga nampak menikmati dunianya tanpa menghiraukan lalu lalang manusia lain di dekatnya. Monumen pesawat terbang di tengah taman, bantuan PT Angkasa Pura pun terlihat anggun disinari cahaya rembulan yang tidak terlalu terang.

Tak terasa, hampir setengah jam kami mengayuh sepeda hias unik itu kembali ke pangkalannya.  Di ujung pangkalan sana, nampak beberapa keluarga juga menikmati indahnya pemandangan malam di alun-alun Wonosari dengan aksinya masing-masing: makan di lesehan, bermain ATV, sepeda motor mini, menikmati wedang ronde, hingga makanan hangat di angkringan sebelah. Itulah dinamisme kota Wonosari yang kami nikmati kala itu.  

Kategori:

2 komentar:

  1. Diperbanyak Infonya mengenai wisata di kota wonosari brader :)
    Thanks juga infonya

    BalasHapus
  2. @Robin: Ok sob, silahkan berkunjung lagi...

    BalasHapus