Fenomena Haji di Gunungkidul

Sebentar lagi tiba waktunya para jamaah calon haji Gunungkidul untuk berangkat ke Tanah Suci, menunaikan ibadah suci tersebut secara bersama-sama. Antusiasme mereka nampak terlihat dari jumlah pendaftar yang senantiasa melebihi kuota, bahkan dikabarkan telah penuh hingga tahun 2020. Nah, seperti apa fenomena haji di Gunungkidul? Berikut gambaran singkatnya.

Menunaikan ibadah haji bagi warga Gunungkidul merupakan cita-cita yang lama mereka tanam dalam kehidupan. Berbagai upaya untuk meraih cita-cita tersebut bahkan harus mereka iringi dengan perjuangan panjang dan pengorbanan yang tidak sedikit. Bahkan agara dapat menunaikan ibadah wajib tersebut, mereka harus rela menunggu gilirannya hingga bertahun-tahun.

Saat ini saja, tercatat kuota haji untuk Kabupaten Gunungkidul telah habis hingga 2020. Ini berarti bahwa hingga tahun 2020, telah ada jamaah calon haji yang rela mengantri gilirannya, dan jika ada yang mau menunaikan ibadah suci ini dengan jalur reguler, tentu harus menunggu setelah tahun 2020 tersebut. Sungguh sebuah penantian yang cukup panjang dan sangat mendebarkan.

Jika ditelusuri lebih jauh tentang fenomena ibadah haji di Gunungkidul, ada sebuah sudut pandang menarik yang layak kita renungkan, yakni cara para jamaah tersebut meraih cita-citanya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Selama ini, setidaknya ada beberapa cara yang lazim diterapkan oleh jamaah haji untuk pergi ke Tanah Suci, khususnya terkait pemenuhan biaya haji, yaiu:

Pensiun
Sebagian jamaah haji Kabupaten Gunungkidul berasal dari pensiunan PNS. Umumnya, mereka telah merencanakan jauh-jauh hari uang pensiun tersebut untuk menunaikan ibadah haji. Selain karena kebutuhan rutinnya telah terpenuhi dengan gaji pensiun, para pensiunan sering menjadikan dana pensiun agar lebih berkah dengan menunaikan ibadah wajib tersebut.

Ternak
Umat Muslim Gunungkidul sering mengandalkan ternaknya dalam memenuhi biaya perjalanan ibadah haji. Selain mudah diuangkan, ternak dapat dibudidaya dengan mudah, dan umumnya setiap rumah di pedesaan Gunungkidul memanfaatkan ternak untuk ibadah haji. Kadang ada lelucon bahwa seorang naik haji menaiki kambing, karena mereka melaksanakan ibadah suci tersebut dengan menjual kambing-kambing miliknya.

Pohon
Pohon yang sering dijadikan tumpuan umat Muslim Gunungkidul adalah jati. Jenis pohon ini memang sangat laku dijual dan bernilai tinggi. Bahkan untuk ukuran diameter 1 meter keatas, satu pohon jati dapat bernilai hingga puluhan juta Rupiah. Artinya, hanya dengan menjual beberapa biji, warga dapat menunaikan ibadah haji tersebut.

Tabungan
Saat ini, berbagai tawaran menarik dari bank-bank umum maupun syariah tentang tabungan khusus haji semakin gencar. Dengan segala kemudahan serta fasilitas yang ditawarkannya, setiap bank menjadikan tabungan haji nampak menarik dan menggiurkan. Alhasil, banyak warga Gunungkidul yang mulai menggantungkan cita-citanya untuk melaksanakan ibadah haji melalui jenis tabungan tersebut.

Arisan
Arisan ini umumnya disebut arisan haji. Beberapa kelompok pengajian mulai menerapkan skema pembiayaan haji ini beberapa tahun yang lalu, dan ternyata antusiasme masyarakat Muslim sangat bagus. Arisan haji ini memungkinkan suatu kelompok membiayai pelaksanaan ibadah haji anggotanya secara bergiliran. Ratusan orang telah berhasil menunaikan ibadah suci ini melalui metode tersebut. 

Nah, itulah sekilas tentang fenomena haji di Kabupaten Gunungkidul. Selain karena masyarakat Gunungkidul menyadari bahwa ibadah haji adalah salah satu ibadah wajib, berbagai bimbingan serta motivasi haji juga mulai digalakkan. Tidak mengherankan bahwa hingga tahun 2020 pun, kuota haji kabupaten ini telah habis. Semoga bermanfaat dan selamat menunaikan ibadah haji.

Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar